♠ Posted by Unknown at 04.31
Gunungkidul
terkenal keindahan pantainya, tapi ada yang berbeda di Pulau Timang.
Pulau di seberang Pantai Timang ini menawarkan suasana yang bikin
deg-degan. Ada jembatan tali menyeberangi jurang dan karang!
Lama waktu perjalanan ke Pantai Timang sekitar 2 jam plus 1 jam buat sarapan di jalan dan bertanya ke Pom Bensin dll. Saya merencanakan ke sini pada Kamis, dua hari sebelumnya. Pertama melalui chat facebook dengan teman, Bung Maryadi. Awalnya saya hanya membahas tentang Suroloyo, karena niat sebelumnya memang ke Suroloyo, tapi akhirnya malah membahas tempat ini dan akhirnya ke sini.
Tempat ini saya tanya ke mbah Google, berupa tebing tinggi dengan palung yang dalam hingga warna laut pinggirnya langsung berwarna biru gelap. Tempat ini adalah spot mancing lobster menurut google dan warga sekitar. Yap, katanya sudah masuk TV tentang tempat baru yang wah dan belum banyak yang eksplore. Bangga rasanya!
Rute kita lewat jalan Wonosari, melewati jalan yang cukup menanjak di awal dan sempet memperlambat motor untuk melihat Bukit Bintang. Hampir satu jam perjalanan, konsentrasi saya terpecah karena lapar.
Akhirnya saya memutuskan untuk mencari sarapan. Makin lapar pas lihat warung soto yang katanya legendaris, soto ayam Tan Proyek namanya. Oke, kita sepakat ke sini. Kita berempat makan, minum teh dan jeruk plus dua kerupuk keluar biaya sekitar Rp 33.000.
Setelah cukup mengisi perut, kita melanjutkan perjalanan. Kita lewat Baron, sebenarnya 50:50 sih kita lewat jalur ini. Kita lebih cepat sampai, namun kita harus bayar biaya retribusi yang berempat habis Rp 15.000, atau kita ambil jalur alternatif dan gak membayar biaya retribusi, tapi ya begitu, lewatnya lebih jauh. Di perjalanan, teman saya kepingin buah yang dijajakan di pinggiran jalan. Kita menepi sebentar untuk beli buah, mumpung ada.
Ada 2 rute untuk ke Pantai Timang, rute pertama, lewat Jalan Wonosari, Jalan Raya Pantai Baron, bayar retribusi Rp 4.000 per orang. Lanjut ambil arah Pantai Indrayanti atau Pok Tunggal. Cari arah menuju Pantai Siung, jika ada lapangan sepakbola di kanan jalan coba berhenti sejenak dan lihat papan penunjuk jalan menuju Pantai Timang sejauh 4 Km. Ikuti jalan berbatu tersebut. Rute ini melewati pos retribusi, namun lebih dekat.
Rute kedua, lewat Jalan Wonosari, Jalan Raya Pantai Baron, ambil kiri menuju arah Pantai Siung atau Wediombo. Sampai menemukan simpang tiga di ujung jalan raya Pantai Baron, cari arah menuju Pantai Siung. Jika ada lapangan sepakbola di kanan jalan coba berhenti dan lihat papan penunjuk jalan menuju Pantai Timang sejauh 4 Km, Ikuti jalan berbatu tersebut. Rute ini tidak melewati pos retribusi namun lebih jauh.
Akhirnya saya hampir sampai di jalan menuju pantai. Kita sempat melewati Pok Tunggal, katanya tempat ini bagus, tapi saya belum tertarik. Tak lama, papan petunjuk arah Pantai Siung terasa menyegarkan pandangan, semangat lagi, pasti hampir sampai.
Tengok kanan-kiri jalan kok tidak ada petunjuk jalan menuju Pantai Timang. Untung Bung Maryadi melihat papan nama kecil warna biru buatan KKN-UGM, buset, kecil amat tandanya! hanya sekitar 30 cm x 10 cm ukuran papan namanya.
Lokasi menuju tempat ini membuat kita harus keluar dari halusnya aspal jalanan, tertulis di papan nama, Pantai Timang 4 Km. Oke mari kita offroad, temen bilang, kondisi jalan seperti sungai kering, batuan doang.
Pantat kayaknya menyusut deh lewat jalan ini. Di jalan, kita menemukan desa dan kadang ada beberapa rumah yang terpisah jauh dari desa. Kebanyakan dari mereka berkebun dan bertani. Di perjalanan penuh batu tadi, kita sempat bertanya dua kali biar yakin.
Inilah dia, Pantai dan Bukit Timang! Sampai sini cuma ada 3 mobil dan 3 orang yang eksplore. Tidak ada tukang parkir, tidak ada retribusi, semuanya free. Di sini, salah satu teman saya melihat banyak orang yang mancing di bagian lain tebing di sebelah Barat. Setelah memarkir motor, kita lanjut mendaki bukit yang tidak terlalu tinggi, tapi ya ngos-ngosan juga.
Pulau Timang yang ada di seberang digunakan warga untuk mancing lobster. Katanya lobstersnya besar-besar namun sayang, di hari itu cuma ada kita berempat. Ada satu kotak kayu dengan tali untuk menyeberang. "Ayo siapa yang berani lewat, saya doakan yang diinginkan terkabul deh." Dibayar berapapun, saya tidak berani.
Kalau jatuh ke bawah itu pastinya dalam banget, belum kalau ada karang, hiii ngeri deh!
Lama waktu perjalanan ke Pantai Timang sekitar 2 jam plus 1 jam buat sarapan di jalan dan bertanya ke Pom Bensin dll. Saya merencanakan ke sini pada Kamis, dua hari sebelumnya. Pertama melalui chat facebook dengan teman, Bung Maryadi. Awalnya saya hanya membahas tentang Suroloyo, karena niat sebelumnya memang ke Suroloyo, tapi akhirnya malah membahas tempat ini dan akhirnya ke sini.
Tempat ini saya tanya ke mbah Google, berupa tebing tinggi dengan palung yang dalam hingga warna laut pinggirnya langsung berwarna biru gelap. Tempat ini adalah spot mancing lobster menurut google dan warga sekitar. Yap, katanya sudah masuk TV tentang tempat baru yang wah dan belum banyak yang eksplore. Bangga rasanya!
Rute kita lewat jalan Wonosari, melewati jalan yang cukup menanjak di awal dan sempet memperlambat motor untuk melihat Bukit Bintang. Hampir satu jam perjalanan, konsentrasi saya terpecah karena lapar.
Akhirnya saya memutuskan untuk mencari sarapan. Makin lapar pas lihat warung soto yang katanya legendaris, soto ayam Tan Proyek namanya. Oke, kita sepakat ke sini. Kita berempat makan, minum teh dan jeruk plus dua kerupuk keluar biaya sekitar Rp 33.000.
Setelah cukup mengisi perut, kita melanjutkan perjalanan. Kita lewat Baron, sebenarnya 50:50 sih kita lewat jalur ini. Kita lebih cepat sampai, namun kita harus bayar biaya retribusi yang berempat habis Rp 15.000, atau kita ambil jalur alternatif dan gak membayar biaya retribusi, tapi ya begitu, lewatnya lebih jauh. Di perjalanan, teman saya kepingin buah yang dijajakan di pinggiran jalan. Kita menepi sebentar untuk beli buah, mumpung ada.
Ada 2 rute untuk ke Pantai Timang, rute pertama, lewat Jalan Wonosari, Jalan Raya Pantai Baron, bayar retribusi Rp 4.000 per orang. Lanjut ambil arah Pantai Indrayanti atau Pok Tunggal. Cari arah menuju Pantai Siung, jika ada lapangan sepakbola di kanan jalan coba berhenti sejenak dan lihat papan penunjuk jalan menuju Pantai Timang sejauh 4 Km. Ikuti jalan berbatu tersebut. Rute ini melewati pos retribusi, namun lebih dekat.
Rute kedua, lewat Jalan Wonosari, Jalan Raya Pantai Baron, ambil kiri menuju arah Pantai Siung atau Wediombo. Sampai menemukan simpang tiga di ujung jalan raya Pantai Baron, cari arah menuju Pantai Siung. Jika ada lapangan sepakbola di kanan jalan coba berhenti dan lihat papan penunjuk jalan menuju Pantai Timang sejauh 4 Km, Ikuti jalan berbatu tersebut. Rute ini tidak melewati pos retribusi namun lebih jauh.
Akhirnya saya hampir sampai di jalan menuju pantai. Kita sempat melewati Pok Tunggal, katanya tempat ini bagus, tapi saya belum tertarik. Tak lama, papan petunjuk arah Pantai Siung terasa menyegarkan pandangan, semangat lagi, pasti hampir sampai.
Tengok kanan-kiri jalan kok tidak ada petunjuk jalan menuju Pantai Timang. Untung Bung Maryadi melihat papan nama kecil warna biru buatan KKN-UGM, buset, kecil amat tandanya! hanya sekitar 30 cm x 10 cm ukuran papan namanya.
Lokasi menuju tempat ini membuat kita harus keluar dari halusnya aspal jalanan, tertulis di papan nama, Pantai Timang 4 Km. Oke mari kita offroad, temen bilang, kondisi jalan seperti sungai kering, batuan doang.
Pantat kayaknya menyusut deh lewat jalan ini. Di jalan, kita menemukan desa dan kadang ada beberapa rumah yang terpisah jauh dari desa. Kebanyakan dari mereka berkebun dan bertani. Di perjalanan penuh batu tadi, kita sempat bertanya dua kali biar yakin.
Inilah dia, Pantai dan Bukit Timang! Sampai sini cuma ada 3 mobil dan 3 orang yang eksplore. Tidak ada tukang parkir, tidak ada retribusi, semuanya free. Di sini, salah satu teman saya melihat banyak orang yang mancing di bagian lain tebing di sebelah Barat. Setelah memarkir motor, kita lanjut mendaki bukit yang tidak terlalu tinggi, tapi ya ngos-ngosan juga.
Pulau Timang yang ada di seberang digunakan warga untuk mancing lobster. Katanya lobstersnya besar-besar namun sayang, di hari itu cuma ada kita berempat. Ada satu kotak kayu dengan tali untuk menyeberang. "Ayo siapa yang berani lewat, saya doakan yang diinginkan terkabul deh." Dibayar berapapun, saya tidak berani.
Kalau jatuh ke bawah itu pastinya dalam banget, belum kalau ada karang, hiii ngeri deh!
0 komentar:
Posting Komentar