Gunung Argopuro Danau Taman Hidup Mistis

♠ Posted by Unknown at 21.32


Gunung Argopuro Punya Danau Taman Hidup yang mistis. Saat mendaki gunung kita memang selalu dituntut untuk mawas diri. Gunung Argopuro di Probolinggo disebut-sebut cukup sakral. Di sana ada Danau Taman Hidup yang sarat cerita mistis.

Kali ini saya akan mencoba mengingat malam ke empat pada perjalanan munuju Danau Taman Hidup di Gunung Argopuro. Danau yang konon menyimpan sejuta misteri dan danau paling indah dengan nuansa mistis yang pernah saya kunjungi.

Danau taman hidup berada di lembah Gunung Argopuro yang puncaknya memiliki ketinggian 3.088 Mdpl. Mitosnya, danau Taman Hidup merupakan tempat favorit Dewi Rengganis Putri dari kerajaan Majapahit.

Kalau hanya untuk menuju danau ini tanpa ke Puncak Argopuro, kita bisa mulai start dari Desa bremi, Kecamatan Krucil, Kota Probolinggo, dengan berjalan kaki kurang lebih 6 jam.   

Sore itu menjelang maghrib, kira-kira pukul 17.15. Saya bersama rombongan yang terdiri dari Udin, Kanzul, Tachul, dan Gimb. Suasana tampak hening, tidak ada yang saya rasakan selain rasa lelah setelah berjalan tiga malam menuju puncak Argopuro via Baderan.

Selanjutnya dingin yang menyambut kedatangan rombongan kami, dingin yang selalu sengaja membuat tubuh kaku, dan terus menjalar ke semua bagian jika didiamkan. Kabut yang mendadak menghilangkan pemandangan air dan gubuk kecil di tepi danau bukan cerita yang asing dikalangan para pendaki.

Coba saja datang ke tempat ini lalu berteriak, maka datanglah kabut tebal itu dengan sangat-sangat cepat. Hal ini sudah kami buktikan, entah ini kebetulan atau memang keistimewaan misteri Danau Taman hidup.   

Matahari berganti dengan bulan merekah. Malam yang lumayan cerah seperti biasanya. Setelah mendirikan tenda di dekat danau, kami memasak dengan menu yang cukup istimewa, mie instan, ikan asin, kerupuk, tempe goreng, sayur selada air dan kornet pemberian teman.

Sungguh makan malam spesial di malam terakhir pada ekspedisi ini. Setelah menyantap makanan, tiba-tiba mata saya terkejut melihat semak-semak di samping tempat kami bermalam. Puluhan mata berwarna hijau rasanya mengintai dari gelap, entah apa itu.

Lama tak kami hiraukan, ternyata mata menyala di balik semak itu hewan sebesar kucing, tapi saya tidak tahu persis jenis hewan apa, mungkin lutung. Mereka suka mencuri makanan. Terbukti saat kami masuk tenda, hewan itu menyeret sebuah bungkus plastik berisi sisa roti.

Saya biarkan saja, hitung-hitung berbagi lah. Obrolan rombongan kami dan mahasiswa ITS semakin akrab, sengaja untuk memecah keheningan dan mengusir dingin.

Pukul 21.30 malam, rasa ngantuk mulai hinggap karena perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan, entah kenapa saat itu tiba-tiba saya sangat penasaran sekali ingin merasakan suasana di tepi danau pada malam hari.

Sebenarnya rencana ingin tidur, akhirnya saya dan kawan yang bernama Tachul menghampiri tepian danau. Jarak camp ground tidak jauh, hanya dibatasi dengan semak belukar yang membentuk lorong pintu ke arah danau.

Mulanya bulan menampakkan cahaya dengan semestinya. Baru beberapa detik saja kami berdiri di atas tanah tepi danau, pandangan sekejap berubah. Kabut menyelimuti semuanya, menghilangkan mata-mata hewan yang menyala di sudut hutan.

Dengan sekejap juga menambah suhu dingin yang luar biasa, ditambah bulu kuduk mendadak berdiri seperti tertiup hawa  nafas. Sangat menyeramkan sekali malam ini, atau mungkin ini hanya perasaan saja. Mungkin juga ini istimewanya Danau Taman Hidup, yang jelas suasananya memaksa kami untuk kembali ke tenda dan beristirahat.   

Suatu ketika sebelum saya berangkat melakukan pendakian ini, saya membaca artikel tentang cerita mistis di Gunung Argopuro. Di situ salah satu mitosnya, "setiap melakukan pendakian Gunung Argopuro, akan ada salah satu pendaki dari rombonganya yang mimpi basah di setiap pos saat mereka bermalam".

Dan benar saja, itu kisah yang terjadi pada rombongan kami, dan tepatnya adalah saya sendiri yang bermimpi. Saya juga tidak tahu, apakah mitos itu benar adanya, ataukah saya yang terlalu lelah. Yang jelas saya selalu lupa apa yang terjadi di mimpi saya ketika terbangun.    

Keeseokan hari cukup cerah untuk jiwa yang sepi, begitu kata salah satu lirik dari band Noah. Sambil bernyanyi dan bergerak agar dingin pergi memeluk saya.

Seperti biasa, saya selalu paling akhir bangun tidur, kulihat teman-teman sudah menyiapkan logistik untuk dimasak. Rencananya pagi ini kami akan segera turun biar nggak kesorean tiba di Desa Bremi.

Merasakan udara pagi di Danau Taman Hidup ini benar-benar nikmat Tuhan yang harus disyukuri. Tanpa mencuci muka, biarkan saja embun pagi menampar muka dengan bantuan angin berkabut, rasakan saja sendiri sensasinya.

Sarapan pagi selesai, teh dan kopi hangat pun jadi penutupnya. Sungguh pagi yang luar biasa. Setelah semuanya selesai packing, kami menyempatkan untuk berfoto bersama dulu di sekitar Danau Taman hidup. Cuaca pun terlihat cukup cerah.

Dan seperti dugaan saya, mendadak kabut menyelimuti semua yang ada di Danau Taman Hidup. Hanya beberapa meter saja jarak yang terlihat. Mungkin kami sudah terbiasa dengan hal ini, jadi kami semua tidak terlalu terkejut.   

Danau Taman Hidup dengan suasana yang tenang, yang akan selalu saya rindukan. Biarlah misteri Itu menjadi keistimewaan yang indah di tempat ini dan tak usah dipertanyakan. Datanglah, karena Danau Taman Hidup akan selalu menunjukan pada kita apa yang membuatnya istimewa.

0 komentar:

Posting Komentar