♠ Posted by Unknown at 06.43
Kesenian Batik Solo Peninggalan Zaman Kerajaan
Anda
sedang berada di Solo? Atau berencana untuk pergi ke Solo? Maka, jangan
Anda lewatkan belanja batik di Pasar Klewer. Di sinilah Anda bisa
mendapatkan batik idaman dengan harga sangat murah, bahkan Anda masih
bisa menawarnya. Solo memang identik dengan kerajinan batiknya. Batik
sudah menjadi ikon kota ini sejak dahulu kala. Layaknya Batik Pekalongan
maupun Batik Yogya, Batik Solo sudah tercipta sejak zaman kerajaan.
Oleh sebab itu, bisa dikatakan batik ini merupakan batik legenda warisan
budaya Indonesia.
Kerajinan
batik sudah dikenal pada zaman kerajaan Majapahit. Saat itu, batik
hanya dibuat dan dipakai oleh keluarga keraton. Kemudian, seni membatik
ini diperkenalkan kepada kerajaan-kerajaan lainnya, hingga ke kerajaan
Mataram. Mataram, saat itu dibagi menjadi dua kerajaan oleh Belanda,
yakni Kerajaan Solo dan Kerajaan Yogyakarta. Namun semenjak abad ke 19,
seni batik mulai disebarkan ke rakyat. Mulanya para wanita untuk mengisi
waktu luang, makanya diajarkan seni membatik. Sehingga batik pun kian
meluas dan dapat dipakai oleh berbagai kalangan. Sumber yang lain
mengatakan, bahwa Batik Solo ini, pada abad ke 18-19, digunakan oleh
para pedagang lokal untuk melawan perekonomian Belanda.
Dalam
membatik, terdapat dua teknik, yaitu batik cap dan batik tulis. Batik
cap merupakan hasil batik modern yang didapatkan dari mencap kain dengan
pola batik yang telah ditentukan sebelumnya. Prosesnya jauh lebih cepat
dibanding menggunakan cara tradisional. Namun perlu diketahui kalau
kualitas dari batik cap ini tidak lebih bagus dari batik tulis. Batik
tulis dibuat dengan cara menggambar langsung
di atas kain dengan menggunakan lilin dan pewarna khusus. Harga dari
keduanya pun berbeda, batik tulis tentu lebih mahal dari batik cap.
Selain karena kualitas bahan dan pewarnaan, batik tulis perlu dihargai
dari jerih payah para pengrajin batik ketika menyulap selembar kain
polos menjadi kain menggambar yang apik. Terdapat sentuhan keringat dari
para pengrajin tersebut.
Bila
melihat corak dari Batik Solo, maka sangat khas akan pola-pola
tradisionalnya. Bahan-bahan pewarnaan masih menggunakan bahan dari
negeri sendiri, seperti Soga Jawa. Pola yang paling terkenal hingga saat
ini dan sering digunakan untuk acara-acara resmi, adalah pola-pola
Sidomukti dan Sidoluruh. Warna-warna yang dominan ditemui pada Batik
Solo, antara lain warna biru, coklat, dan putih. Masing-masing warna
memiliki nilai filosofis tersendiri. Warna biru melambangkan bumi,
coklat melambangkan api, dan warna putih melambangkan angin dan air.
Kita
bisa mengenal beberapa corak yang dimiliki Batik Solo, baik itu corak
batik geometris maupun corak batik nongeometris. Beberapa corak pada
Batik Solo yang berbentuk geometris, yaitu corak Parang. Corak ini
berbentuk suatu garis panjang yang tergambar miring dengan sudut
kemiringan kira-kira 45 derajat
dan memiliki banyak ragam hias. Kemudian, ada corak Banji. Kain yang
bermotif corak banji didominasi motif swastika disamping motif
garis-garis. Lambang swastika melukiskan masa-masa penjajahan bangsa
Jepang yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Adapun corak batik
Ceplok, yaitu kain yang bergambar binatang, bentuk-bentuk lingkaran,
ataupun roset beserta variasinya.
Corak
batik yang bentuknya ke arah nongeometris bisa ditemui pada corak
Buketan. Corak ini memiliki motif yang terisnpirasi dari gambar
bunga-bunga yang dihiasi dengan berbagai macam bentuk binatang, seperti
burung, kupu-kupu, atau belalang. Adapun corak Semen, yang memiliki
motif batik berbentuk seperti gunung. Biasanya corak ini dikombinasikan
dengan bentuk-bentuk garuda dan mirong.
0 komentar:
Posting Komentar